Kepsek SMA Negeri 3 Kota Sukabumi, Riskarjo |
SUKABUMI - Beritaku Online
Kepala SMAN 3 Kota Sukabumi, Riskarjo merasa bangga karena sekitar 90 persen peserta didiknya yang lulus tahun ini melanjutkan ke Perguruan Tinggi (PT) megeri maupun swasta baik itu melalui jalur PMDK maupun jalur lainnnya. Menurutnya hal itu merupakan tujuan sekolah yang dipimpinnya serta kepercayaan pihak pemerintah khusunya PT yang di berikan kepada SMA Negeri 3 Kota Sukabumi. “Selama tiga tahun ini kami sengaja untuk mencetak para lulusan kami ini untuk bisa melanjutkan ke PT, khusunya untuk yang mampu. Namun bagi yang tidak mampu dan belum memiliki kesempatan diharapkan bisa melanjutkan ke PT meskipun harus sambil bekerja dengan baik,”teranganya saat perpisahan siswa kelas 12, Sabtu (26/05) kemarin. Sementara dalam kegiatan perpisahan tersebut turut hadir Wakil Walikota Sukabumi, Drs Mulyono MM
Terang Riskarjo, semua para siswa harus menyadari diharapkan 100 persen para lulusannya harus bisa meng-usahakan untuk melanjutkan ke PT. Selain itu sangat penting, Riskarjo berkeinginan para siswanya kelak bisa menjadi para calon peminpin dimasa yang akan datang. “Tahun ini kami melulusakan sebanyak 289 siswa diantaranya jurusan IPA sebanyak 200 siswa dan IPS sebanyak 89 siswa,”terangnya
Lanjut Riskarjo menyadari, selama dalam pelayanan memberikan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) selama tiga tahun kepada para siswa, tidak luput dari kelemahan dan tidak maksimal. Menurutnya pihaknya pun tak lepas memiliki keterbatasan.“Untuk itu, dengan sudah diterimanya kelulusan kalian saat ini. Saya berpesan kepada para siswa untuk bersyukur dengan hal-hal yang positif karena semua siswa SMA Negeri 3 Kota Sukabumi bisa lulus 100 persen,”terangnya.
Sementara itu, Riskarjo membantah jika dikatakan nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam UN tahun ini menurun. Katanya hal itu dikarenakan mata pelajaran yang lain lebih tinggi “Jelek sih tidak, cuman lebih rendah jika dibanding dengan mata pelajaran lain,”jelasnya.
Dia juga membantah adanya kesan siswa kurang meminati mata pelajaran Bahasa Indonesia. Rendahya nilai rata-rata Bahasa Indonesia katanya semata-mata karena factor soal.Sehingga siswa kurang memahami maksudnya. “Soal Bahasa Indonesia itu dalam bentuk narasi dan panjang-panjang lalu disumpulkan.Hal itu barangkali yang menjadi kesulitan. Bukan karena tidak suka mata pelajaran Bahasa Indoensia,”jelasnya.
Untuk mengantisipasinya kedepan, sekolah yang dipimpinnya akan menambah pengayaan dan pelatihan diluar jam pelajaran. Bukan hanya mata pelajaran Bahasa Indonesia, tapi seluruh mata pelajaran yang disertakan pada UN. ( Ndie )